Apa itu Product Metrics dan Bagaimana Mendefinisikannya?

Al Fitra Netera Anfal
3 min readJan 10, 2022

--

Photo by Diana Polekhina on Unsplash

Product metrics didefinisikan sebagai data points yang digunakan oleh tim business dan product teams untuk men-track dan menganalisa kesuksesan dari produk yang dibangun atau dirancang (design). Secara umum product metrics bisa diukur melalui conversion rate, churn rate, atau recurring revenue, semua ini bergantung pada product strategy yang diterapkan.

Alasan esensial kenapa kita perlu menerapkan product metrics pada produk yang kita inisiasi dikarenakan product metrics dapat membantu kita dalam pengambilan keputusan produk yang lebih baik. Mengapa? karena data ini digunakan oleh Product teams, Marketing, dan Sales untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pengguna dari produk tersebut serta membantu dalam meningkatkan kualitas produk.

Menurut gw pribadi, ada beberapa hal yang sangat merugikan kita waktu menginisiasi produk tanpa mengukur product metrics-nya, diantaranya itu:

  1. Product teams gak akan tau pengguna dan gak bisa memahaminya.
  2. Assumption driven dengan risiko pengambilan keputusan yang salah.
  3. Gak tau dampak dari apa yang kita kerjakan.

Ada banyak product framework yang tersedia untuk membantu kita dalam mendefinisikan kesuksesan inisiasi produk. Gw menuliskan beberapa framework yang biasanya sering dipakai secara umum:
1). Pirate Metrics atau AARRR; 2). Heart; 3). Game; 4). North Star. etc

Mengukur keberhasilan inisiasi product, gak bisa sembarang contek dan pake framework populer yang gw sebutin diatas. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendefinisikan kriteria kesuksesan produk tersebut. Untuk menentukan key metrics kesuksesan dari inisiasi produk, biasanya gw melakukan tahapan begini:

  1. Memahami dan men-translate Business needs-nya.
  2. Fokus pada users outcomes dan masalahnya.

Kenapa kita harus melakukan 2 tahap itu sebelum mendefinisikan product metrics? Pada dasarnya karena kita harus tau kontekstual dari inisiasi produk kita sendiri, kebutuhan bisnis apa yang mau dicapai? dan Users outcomes apa yang kita harapkan?

Contoh kasusnya seperti ini: Secara high level tim bisnis mau meningkatkan akurasi ops mereka, mulai dari proses input sampai dengan output, kita harus bisa menggali lebih dalam lagi definisi akurasinya itu dan kenapa mereka mau meningkatkan, hal ini yang akan menjadi tolok ukur product kita nanti. Misal, ternyata tim bisnis mau meningkatkan akurasi input-output tim ops karena akurasinya gak bagus dan output yang dihasilkan gak sesuai dengan kebutuhan customers, hal ini ini berpengaruh pada tingkat customer satisfaction atas layanan atau produk yang diberikan.

Selanjutnya kita bisa fokus pada users outcomes-nya. Ada 3 langkah yang gw jelaskan pada artikel sebelumnya supaya product teams bisa align pada users outcomes. Contoh outcomes statement-nya adalah: Kita mau buat product input-output dengan outcomes meningkatkan customers satisfaction melalui akurasi input. Berarti dari sini product teams bisa fokus pada users behaviour yang menyebabkan akurasi mereka gak akurat. Misalkan, ternyata users behaviour yang menyebabkan akurasi mereka gak akurat adalah:

  1. Usability experience produknya gak sesuai dengan standar proses mereka yang mengakibatkan banyak kesalahan waktu pilih data;
  2. Untuk menyelesaikan 1 inputan data butuh waktu yang sangat lama karena faktor usability experience A B C D E F;
  3. Loading Sinkronisasi data platform nya yang lama.

Dengan hasil yang udah cukup komprehensif, kita bisa inisiasi design sesuai masalahnya dan define metrics product-nya, diantaranya:

High level (dari business needs-nya):

  1. Customers satisfaction.
  2. Accuracy (input-output) ops.
  3. Production (input-output) duration.

Low level (dari users behavior problems):

  1. Error rate.
  2. Task completion rate and duration.
  3. System load duration.

Pada intinya product metrics ini haruslah nyambung sama business goals-nya dan masalah yang mau di-solve, supaya kita tau dan bisa ukur kesuksesan dari design product itu sendiri, kita ga bisa asal catut framework product metrics tanpa tau kebutuhan dan kontekstualnya apa. Apalagi main inisiasi produk tapi gatau business goals dan masalah yang mau di-solve apa.

Masih bingung cara define-nya gak?😜

Fitra.

(Orang yang pernah define metrics UEQ dan Retention untuk design test study dengan masalah confusing between 2 terms level dalam 1 page, tapi dibilang salah karena kata mereka yang bener itu increasing adoption dan activation haha😂).

--

--

Al Fitra Netera Anfal

Existence as a product designer — Sharing my knowledge and experiences with splices of words.